Kamis, 10 Desember 2020

Resensi Buku Animal Farm, George Orwell

 

Resensi Buku Animal Farm

 

                     
Judul : Animal Farm
Penulis : George Orwell
Penerjemah : Bakdi Soemanto
Penerbit : Bentang
Tahun Terbit : 2015 

George Orwell merupakan nama pena dari Eric Arthur Blair, Seorang sastrawan Inggris yang terkenal berkat karyanya yakni Nineteen Eighty-Four dan Animal farm. Ia adalah seorang novelis, esai, jurnalis, dan kritikus inggris. Kecermatannya mengamati dan menganalisis lingkungan sosial tertuang dalam salah satu karyanya yaitu “Animal Farm” dimana kritik kritik pedas nan cerdas ia lontarkan terhadap politik dan pemerintahan. Karena itu tidak mengherankan jika pada tahun 2008, The Times menempatkankan George Orwell di peringkat kedua diantara 50 penulis Inggris terhebat sejak 1945.

Animal Farm merupakan novel berlatar belakang sebuah peternakan bernama Manor yang ada di Inggris sehingga tidak mengherankan jika tokoh utamanya merupakan binatang binatang ternak seperti babi, ayam, kuda, sapi, domba, keledai, anjing dan masih banyak lagi binatang binatang lain yang turut andil mengambil peran penting. Alur cerita dikemas menarik dengan jalan cerita yang seru dan tak terduga. Pembaca akan dibuat gemas oleh tingkah tingkah binatang ini yang mirip dengan tingkah polah manusia. Diawal cerita, pembaca akan bertemu dengan Major, si babi putih tua yang kelak, lewat mimpinya akan melatar belakangi peristiwa pemberontakan para binatang binatang ini untuk menumbangkan kekuasaan manusia. Kemudian pembaca akan juga bertemu dengan dua pemimpin besar dari babi babi tersebut yaitu Napoleon dan Snowball. Lewat keduanya, kita akan menyadari dua perbedaan perilaku seorang pemimpin yang kemudian akan juga terlihat perbedaan besar dari sistem pemerintahan yang dianutnya karena bagaimanapun Napoleon dan Snowball selalu punya perbedaan besar dalam berpendapat. Ada juga si babi Squealer dengan mulut manisnya yang berhasil mempengaruhi suara masa untuk kemudian mengikuti kemauannya, ia adalah penjilat yang penuh tipu muslihat. Merupakan seorang pendukung yang dalam cerita ini sangat setia pada sang pemimpin, entah si pemimpin itu benar atau salah. Lalu ada juga kuda perkasa bernama Boxer dan Clover yang dengan royalnya menyumbangkan tenaga mereka untuk menggarap ladang juga membangun kincir angin yang diharapkan kelak akan mampu memudahkan pekerjaan ladang mereka sehingga memiliki hasil yang melimpah. Sayangnya, keduanya terlalu lugu atau bahkan mungkin bodoh untuk menyadari tipu muslihat si penguasa. Penggagas konsep kincir angin ini adalah Snowball, yang sebelumnya sudah banyak membaca buku buku milik pemilik pertenakan yang lama, manusia benama Pak Jones.

Pembaca akan diajak melihat jalan cerita dari sudut pandang para binatang, karena itu pembaca akan dikenalkan pada lagu “Binatang Inggris” dan juga menjumpai 7 perintah yang ditulis besar besar oleh para wakil binatang pada tembok. Isi daripada prinsip Binatangisme adalah :

1.      Apapun yang berjalan dengan dua kaki adalah musuh.

2.      Apapun yang berjalan dengan empat kaki dan bersayap adalah teman.

3.      Tak seekor binatang pun boleh mengenakan pakaian.

4.      Tak seekor binatang pun boleh tidur diranjang.

5.      Tak seekor binatang pun boleh minum alcohol.

6.      Tak seekor binatang pun boleh membunuh binatang lain.

7.      Semua binatang setara.

Dan kelak, pembaca akan mendapati berbagai penyelewengan dari peraturan peraturan terjadi. Beberapa peraturan mulai berubah maknanya, ada beberapa peraturan yang ditambah dan dikurangi, juga ada peraturan yang tidak lagi berlaku. Di akhir cerita, pembaca akan menemukan siapa pemegang peran antagonis dalam cerita ini

 

Alasan penulis menulis Animal Farm ini kemungkinan adalah sebagai bentuk kritik terhadap sistem politik yang diterapkan oleh suatu Negara. Banyak pesan moral yang dituliskan oleh si penulis agar pembaca bisa lebih pintar lagi membaca situasi pemerintahan yang terjadi. Agar tidak lagi dibodoh bodohi oleh penguasa.

Menurut saya pribadi, novel ini adalah novel yang seharusnya dibaca oleh banyak orang. Pembelajaran atau pesan moral yang terdapat dalam buku Animal Farm ini seharusnya bisa menyadarkan pembaca untuk memperbaiki sistem pemerintahan yang ada di negaranya. Dari segi bahasa, meskipun merupakan novel terjemahan, Animal Farm  merupakan novel yang tidak sulit dipahami makna katanya. Sedikit kritik adalah tentang cover yang menurut saya kurang menarik. Entah karena desainnya yang terlalu simple atau juga dari pewarnaan cover yang hanya didominasi oleh warna merah muda. Namun dari segi isi, novel beraliran satire ini merupakan buku hebat yang perlu diapresiasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Burung Simbah

Selepas sembahyang magrib, ibuk bapak selalu menyempatkan diri untuk mengobrol. Kadang di teras, di ruang tamu atau ketika duduk lesehan di ...