Resensi
Buku Animal Farm
George
Orwell merupakan nama pena dari Eric Arthur Blair, Seorang sastrawan Inggris
yang terkenal berkat karyanya yakni Nineteen Eighty-Four dan Animal
farm. Ia adalah seorang novelis, esai, jurnalis, dan kritikus inggris.
Kecermatannya mengamati dan menganalisis lingkungan sosial tertuang dalam salah
satu karyanya yaitu “Animal Farm” dimana kritik kritik pedas nan cerdas ia
lontarkan terhadap politik dan pemerintahan. Karena itu tidak mengherankan jika
pada tahun 2008, The Times menempatkankan George Orwell di peringkat
kedua diantara 50 penulis Inggris terhebat sejak 1945.
Animal Farm merupakan novel berlatar
belakang sebuah peternakan bernama Manor yang ada di Inggris sehingga tidak
mengherankan jika tokoh utamanya merupakan binatang binatang ternak seperti
babi, ayam, kuda, sapi, domba, keledai, anjing dan masih banyak lagi binatang
binatang lain yang turut andil mengambil peran penting. Alur cerita dikemas
menarik dengan jalan cerita yang seru dan tak terduga. Pembaca akan dibuat
gemas oleh tingkah tingkah binatang ini yang mirip dengan tingkah polah
manusia. Diawal cerita, pembaca akan bertemu dengan Major, si babi putih tua
yang kelak, lewat mimpinya akan melatar belakangi peristiwa pemberontakan para
binatang binatang ini untuk menumbangkan kekuasaan manusia. Kemudian pembaca
akan juga bertemu dengan dua pemimpin besar dari babi babi tersebut yaitu Napoleon
dan Snowball. Lewat keduanya, kita akan menyadari dua perbedaan perilaku
seorang pemimpin yang kemudian akan juga terlihat perbedaan besar dari sistem
pemerintahan yang dianutnya karena bagaimanapun Napoleon dan Snowball selalu
punya perbedaan besar dalam berpendapat. Ada juga si babi Squealer dengan mulut
manisnya yang berhasil mempengaruhi suara masa untuk kemudian mengikuti
kemauannya, ia adalah penjilat yang penuh tipu muslihat. Merupakan seorang
pendukung yang dalam cerita ini sangat setia pada sang pemimpin, entah si
pemimpin itu benar atau salah. Lalu ada juga kuda perkasa bernama Boxer dan
Clover yang dengan royalnya menyumbangkan tenaga mereka untuk menggarap ladang
juga membangun kincir angin yang diharapkan kelak akan mampu memudahkan pekerjaan
ladang mereka sehingga memiliki hasil yang melimpah. Sayangnya, keduanya
terlalu lugu atau bahkan mungkin bodoh untuk menyadari tipu muslihat si
penguasa. Penggagas konsep kincir angin ini adalah Snowball, yang sebelumnya
sudah banyak membaca buku buku milik pemilik pertenakan yang lama, manusia
benama Pak Jones.
Pembaca
akan diajak melihat jalan cerita dari sudut pandang para binatang, karena itu
pembaca akan dikenalkan pada lagu “Binatang Inggris” dan juga menjumpai 7
perintah yang ditulis besar besar oleh para wakil binatang pada tembok. Isi
daripada prinsip Binatangisme adalah :
1.
Apapun yang
berjalan dengan dua kaki adalah musuh.
2.
Apapun yang
berjalan dengan empat kaki dan bersayap adalah teman.
3.
Tak seekor
binatang pun boleh mengenakan pakaian.
4.
Tak seekor
binatang pun boleh tidur diranjang.
5.
Tak seekor
binatang pun boleh minum alcohol.
6.
Tak seekor
binatang pun boleh membunuh binatang lain.
7. Semua
binatang setara.
Dan
kelak, pembaca akan mendapati berbagai penyelewengan dari peraturan peraturan
terjadi. Beberapa peraturan mulai berubah maknanya, ada beberapa peraturan yang
ditambah dan dikurangi, juga ada peraturan yang tidak lagi berlaku. Di akhir
cerita, pembaca akan menemukan siapa pemegang peran antagonis dalam cerita ini
Alasan penulis menulis Animal Farm ini
kemungkinan adalah sebagai bentuk kritik terhadap sistem politik yang
diterapkan oleh suatu Negara. Banyak pesan moral yang dituliskan oleh si
penulis agar pembaca bisa lebih pintar lagi membaca situasi pemerintahan yang
terjadi. Agar tidak lagi dibodoh bodohi oleh penguasa.
Menurut saya pribadi, novel ini adalah
novel yang seharusnya dibaca oleh banyak orang. Pembelajaran atau pesan moral
yang terdapat dalam buku Animal Farm ini seharusnya bisa menyadarkan pembaca
untuk memperbaiki sistem pemerintahan yang ada di negaranya. Dari segi bahasa,
meskipun merupakan novel terjemahan, Animal Farm merupakan novel yang tidak sulit dipahami
makna katanya. Sedikit kritik adalah tentang cover yang menurut saya kurang
menarik. Entah karena desainnya yang terlalu simple atau juga dari pewarnaan
cover yang hanya didominasi oleh warna merah muda. Namun dari segi isi, novel
beraliran satire ini merupakan buku hebat yang perlu diapresiasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar