Kamis, 10 Desember 2020

Resensi Buku Perempuan Di Titik Nol, Nawal El - Saadawi

 

Resensi Buku Perempuan Di Titik Nol

 


 Judul : Perempuan Di Titik Nol

Penulis : Nawal El Saadawi

Penerjemah : Amir Sutaarga

Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Tahun Terbit : 2002

            Nawal El Saadawi merupakan seorang penulis berkebangsaan mesir. Selain seorang penulis, ia juga merupakan seorang aktivis, dokter, dan psikiater feminis mesir. Beliau merupakan pendiri dan presiden Asosiasi Arab untuk Hak Asasi Manusia yang juga dianugrahi gelar kehormatan di tiga benua. Ia pernah menjabat sebagai penulis di Dewan Tertinggi Seni dan Ilmu Sosial Kairo, Direktur Jenderal Departemen Pendidikan Kesehatan Kementerian Kesehatan Kairo, Sekertaris Jenderal Asiosiasi Medis Kairo, Mesir. Dokter medis di Rumah Sakit Universitas dan Kementerian Kesehatan. Selain itu ia juga pendiri Asosiasi Pendidikan Kesehatan dan Asosiasi Penulis Wanita Mesir, dia adalah pemimpin redaksi majalah kesehatan di Kairo, dan editor Majalah Asosiasi Medis.

Perempuan Di Titik Nol merupakan novel yang mengangkat cerita, kisah nyata dari seorang perempuan bernama Firdaus. Novel ini menceritakan bagaimana kehidupan seorang perempuan bernama Firdaus yang kelam dan menyedihkan. Disini digambarkan dengan jelas bagaimana perbedaan derajat antara laki laki dan perempuan Mesir dimana hak hak perempuan seperti dikesampingkan. Bagaimana perlakuan keji beberapa laki laki kepada Firdaus agaknya sanggup membuat pembaca, utamanya perempuan merasa ngeri. Semudah itu harga diri seorang perempuan di nomor kesekiankan dan dianggap tidak penting. Pendidikan untuk perempuan juga seolah olah bukan sesuatu yang diperlukan karena mereka menganggap tempat akhir perempuan hanyalah di dapur dan di kasur. Bahkan, meski Firdaus mengenyam pendidikan, mendapat ijasah, dan memiliki nilai akademik yang baik, hal itu tidak terlalu berguna. 

Di awal, Pembaca akan dibuat penasaran akan sosok Firdaus. Wanita lemah lembut yang akan dihukum mati setelah di dakwa melakukan pembunuhan terhadap seseorang. Awalnya, Firdaus memilih tutup mulut dan tidak ingin menceritakan apapun pada siapapun hingga pada akhirnya, sehari sebelum hukuman gantung itu dimulai, Firdaus mau buka suara. Pada penulis, Firdaus menceritakan kisah kisah kelam masa lalunya yang membawa perempuan lemah lembut itu hingga sampai mendekam di Penjara.

Sejak kecil, Firdaus dididik untuk menjadi wanita penurut yang selalu melayani laki laki, dalam kasus ini adalah ayahnya. Firdaus harus bekerja dan membantu ibunya mengurus rumah. Tak jarang pula ia tidak makan dan merasakan kelaparan juga kedinginan dengan saudara saudaranya yang lain meski ayahnya hidup dengan enak dan selalu bisa makan dan tidur nyaman.

Penderitaan yang dialami Firdaus semakin bertambah saat pamannya melakukan pelecehan padanya. Ternyata hal itu sudah dialami Firdaus sejak ia kecil, sejak ia belum tau menahu dan memahami bahwa hal hal seperti itu merupakan hal sara untuk dilakukan. Hal itu berlanjut hingga Firdaus besar. Tidak hanya pamannya, teman laki laki bahkan beberapa orang yang baru ditemuinya pun melakukan hal yang sama. Termasuk suaminya yang sering melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Ia mulai menjadi pelacur saat mengenal perempuan yang bernama Sharifa. Ia pergi dari Sharifa dan mendapat pekerjaan di perusahaan, ia pikir ia akan berhenti menjadi pelacur. Dan saat Firdaus berani merasakan cinta pada seorang laki laki, ia dihianati. Laki laki itu memilih perempuan lain yang kiranya bisa mengamankan posisinya di dunia kerja. Saat itu, Firdaus memilih kembali menjadi pelacur lagi.

Masih banyak sekali hal yang dapat pembaca pelajari dari buku berjudul “Perempuan Di Titik Nol” ini. Segala hal yang membuat Firdaus memilih menjadi pelacur dan berani membunuh seseorang agaknya perlu dikaji untuk mendapatkan pembelajaran tentang kehidupan seorang perempuan, makhluk lemah yang mudah dicurangi dan mendapatkan kejahatan.

 

            Alasan penulis menulis novel ini mungkin karena latar belakang penulis yang merupakan seorang aktivis perempuan. Apalagi novel ini diilhami dari kisah nyata yang narasumbernya berhasil di wawancarai langsung oleh penulis. Buku ini sangat sesuai dengan penulis yang memang memiliki karya karya yang membahas tentang perempuan, kehidupan, status, dan psikologi.

 

Dari segi isi, Perempuan Di Titik Nol memiliki banyak sekali pelajaran, utamanya bagi perempuan perempuan agar lebih hati hati dan mencintai diri sendiri. Namun sedikit yang kurang dari novel ini adalah beberapa kalimat yang sulit untuk dipahami, pengulangan beberapa kalimat di bab yang berbeda membuat saya bingung dan tidak jarang gagal memahaminya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Burung Simbah

Selepas sembahyang magrib, ibuk bapak selalu menyempatkan diri untuk mengobrol. Kadang di teras, di ruang tamu atau ketika duduk lesehan di ...