Judul : 86
Penulis : Okky Madasari
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2011
Tentang Penulis :
Okky Madasari lahir di Magetan, Jawa Timur pada tanggal 30
Oktober 1984. Ia merupakan lulusan Universitas Gadjah Mada jurusan Hubungan
Internasional. Ia bekerja sebagai wartawan dan mendalami dunia penulisan. Dari
pekerjaannya di dunia jurnalistik inilah ia banyak mengetahui praktik praktik
kecurangan hukum. Secuil dari pengetahuannya itu ia tuliskan pada novel
karyanya yakni 86 yang banyak memberikan gambaran pada pembaca tentang
bagaimana sistem sistem tak adil itu bekerja di Indonesia seolah telah menjadi
kebiasaan. Pembaca akan menemukan wajah lain dari Indonesia (utamanya Ibukota
karena mengambil latar belakang kota Jakarta) lewat buku ini.
Sinopsis :
Arimbi merupakan seorang juru tulis yang bekerja di kantor
pengadilan negeri daerah Jakarta. Setelah 4 tahun bekerja dengan normal,
kepolosan gadis itu mulai berubah setelah mendapatkan ucapan terimakasih berupa
AC baru untuk kontrakannya dari seorang clien. sedikit keraguan dalam hati
apakah yang ia lakukan ini hal yang benar? Ia tanyakan itu pada Anisa. Anisa
bilang itu hal wajar, hampir semua orang di pengadilan menerimanya. Temannya
itu bilang, dulu ia menerima kompor gas, namun kini ia hanya mau mentahnya
saja karena semua ia sudah punya. Kini Arimbi tahu bagaimana rekan kerjanya itu
begitu gampang membeli barang ini itu, berlibur kesana kemari padahal yang ia
tahu gaji Anisa pun tak beda jauh dengannya. Jawabannya hanya satu, 86!. Sama
sama tau, sama sama untung.
Kepiawaian Arimbi menjadi pemain kian didukung berkat
hadirnya Ananta, pria yang mengisi hatinya, suaminya. Hidup dengan Ananta
membuat Arimbi mulai tamak. Ia ingin membahagiakan Ananta dengan membelikan
semua yang pria itu butuhkan selain tentunya juga ia kirimkan untuk orangtuanya
di kampung. Dan dari sinilah malapetaka itu dimulai.
Ulasan :
Novel hebat ini memadukan banyak masalah masalah sosial yang
terjadi di Indonesia dengan dibungkus apik dalam perjalanan hidup Arimbi.
Penulis begitu andal membawakan topik tentang KKN (korupsi, kolusi, dan
napotisme) yang prakteknya telah umum terjadi di Indonesia. Dari cerita Arimbi,
kita akan dapati bagaimana dengan mudahnya para orang orang atas itu menerima
uang sogokan. Begitu konyol ketika pengadaan sidang di pengadilan hanya sebagai
formalitas karena yang sebenarnya keputusan sidang sudah diketahui oleh mereka
mereka yang siap mengeluarkan banyak uang. Hukum adalah kepunyaan mereka yang
berduit.
Pembahasan tentang nepotisme juga menjadi topik menarik
disini. Ketika ia yang bekerja dapat masuk secara mudah dengan uang, maka tidak
mengherankan jika dari dalam mereka pun bekerja dengan, untuk dan dari uang.
Dan yang cukup menyesakkan adalah tentang keberadaan penjara.
Bukan, bukan sebagai tempat untuk menghukum mereka mereka yang bersalah. Sisi
gelap kurungan bagi mereka yang dibilang banyak orang sebagai “penjahat”. Pada
kasus Arimbi, penjara kiranya justru dijadikan ladang mencari uang, pabrik dan pusat
pengedaran barang haram. Mereka yang memproduksi sabu dari dalam sel marasa
lebih aman hanya dengan memberi sogokan untuk para penjaga. Mereka hanya perlu
lebih berhati hati saat barang itu dikirimkan keluar.
Penjara wanita, hanya diisi oleh mereka mereka yang berjenis
kelamin perempuan. Tentu pada diri setiap individu mempunyai kebutuhan
biologis. Lalu bagaimana mereka memenuhi kebutuhannya jika dalam kurungan itu
hanya ditinggali mereka mereka yang sejenis? Tentu praktek LGBT menjadi
jawaban. Mereka yang merasa sama sama terpuaskan mungkin tak lagi memikirkan
bahwa hal yang mereka lakukan adalah penyimpangan, hal yang dibenci masyarakat.
Tapi siapa peduli? Yang penting kebutuhan mereka terpenuhi.
Hal menarik lain yang juga dibahas dalam novel ini adalah
tentang pungutan liar (pungli) dan. pemutusan hubungan kerja (PHK). Ada begitu
banyak hal yang dapat kita pelajari dari buku ini. Hal hal yang kiranya akan
menyadarkan dan lebih mengenalkan kita wajah dari Negara tercinta ini, sisi
kusam Indonesia.
Kelebihan :
Cover dengan gambar apik dan judul singkat yang menarik tentu
membuat para pembaca penasaran.
Alur cerita yang runut dan realistis kiranya akan membuat
imajinasi pembaca seolah dapat menyaksikan segalanya secara nyata.
Kalimat yang jelas tanpa berbelit juga memudahkan pembaca
dalam memahami isi cerita.
Kekurangan :
Entah mengapa pada bagian awal buku ini tidak terlalu
menarik, namun seiring habisnya lembar demi lembar akan membuat pembaca
ketagihan.
Akhir yang cukup membuat pembaca gemas karena ketika pembaca
masih diliputi perasaan penasaran akan bagaimana endingnya (tentu berharap
Arimbi bahagia) tiba tiba saja penulis mengakhiri cerita dengan akhir yang “memang
seharusnya seperti itu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar