Rabu, 06 Januari 2021

Resensi Buku Rumah Kaca, Tetralogi Buru Jilid 4

 

Resensi Buku Rumah Kaca




Judul : Rumah Kaca

Penulis : Pramoedya Ananta Toer

Penerbit : Lentera Dipantara

Tahun Terbit : 2011

 

Tentang Penulis :

Pramoedya Ananta Toer lahir di Blora, Jawa Tengah pada tahun 1925. Beliau merupakan penulis hebat asal Indonesia yang buah karyanya tak perlu diragukan lagi. Beliau menulis banyak karya hebat salah satunya adalah Tetralogi Buru yang terdiri atas 4 buku yaitu Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan terakhir Rumah Kaca yang sedikit banyak memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang bagaimana sejarah dari bangsa Indonesia ini. Dan karena tulisan tulisannya yang hebat inilah bukan tidak mungkin beliau berhasil menyabet banyak penghargaan penghargaan hebat untuk karyanya.

Sinopsis :

Arus gelombang zaman yang kian tak terkontrol kiranya membuat Gubernur Jendral Indeburg gelisah. Apalagi sejak Revolusi Tiongkok terjadi, Gubernur Jendral dibuat pusing dengan semangat nasionalisme yang timbul di kawasan Asia. Dan hal itulah yang agaknya membuat Gubernur semakin ketar ketir dengan berdirinya organisasi pribumi yang dipimpin oleh  seoarang pribumi terpelajar, siapalagi jika bukan Raden Mas Minke yang dengan semangatnya memiliki cita cita untuk mempersatukan Hindia. Sepak terjang Minke dalam dunia kepenulisan cukup membuat Gubernur Jendral Idenburg gelisah, apalagi dengan tajuk tajuk dari surat kabar milik Minke yang memang digandrungi oleh hampir semua masyarakat itu sedikit demi sedikit mulai menyadarkan pada bangsa Hindia apa itu nasionalisme.

Barang tentu karena itulah, Gubernur Jendral mengutus Jacques Pangemanann, seorang komisaris polisi yang sebelumnya hanya bekerja dengan kertas dan pena kini harus turun tangan langsung terjun ke lapangan untuk memadamkan semangat gerakan kebangkitan nasionalisme pribumi. Koran dan majalah adalah hal vital dimana komunikasi antar pribumi terjalin lewat media cetak tersebut. Lewat bacaan para pribumi dapat mengeluhkan segala macam ketidakadilan yang terjadi untuk kemudian masalah masalah tersebut tidak lagi menjadi permasalahan pribadi melainkan persoalan umum. Hal inilah yang tentu meresahkan para Gubermen. Karena itu, diutuslah Jacques Pangemanann untuk meredakan kekhawatiran para Gubermen juga Gubernur Jendral. Dan tentu sasaran utama yang pertama adalah Minke, yang merupakan juru bicara bangsanya lewat surat kabar miliknya, “Medan”.

Novel ini juga merupakan babak akhir dari cerita kehidupan Minke. Bagaimana keadaan yang diceritakan oleh penulis tentang akhir hidup orang hebat seperti Raden Mas Minke cukup membuat pembaca ikut merasa miris. Segala hal yang dulu dipunya dan ada dalam genggamannya satu persatu hilang. Ia tak lagi punya apapun. Namun hal yang menjadi pembelajaran bersama adalah bagaimana rasa cinta Minke terhadap bangsanya begitu membuatnya royal melakukan dan mempertaruhkan apapun untuk memajukan bangsanya sendiri, bangsa yang ia banggakan dan ia cintai.

 

Ulasan :

Rumah Kaca merupakan bagian terakhir dari Tetralogi Pulau Buru yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer saat di penjara. Berbeda dari 3 jilid sebelumnya yang menempatkan Minke sebagai tokoh utamanya, pada buku kali ini penulis menggunakan sudut pandang dari seorang Komesaris polisi pribumi bernama Pangemanann. Hal inilah yang kemudian membuat buku ini menarik dimana pergolakan batin dari seorang Pangemanann yang harus memilih antara nuraninya yang begitu mengagumi sosok pribumi terpelajar yang hebat macam Minke atau logika yang mengharuskannya mengabdi sepenuh hati pada Gubernur Jendral yang telah menggajinya. Mencukupi kebutuhan keluarganya, istri dan empat orang anaknya yang bahkan dua diantaranya kini tengah mengenyam pendidikan diluar negeri. Masa depan menjanjikan ada didepan mata selama ia masih mampu membiayai kebutuhan pendidikan anaknya. Dan mau tidak mau, untuk tetap bisa mendapat gaji tersebut, ia harus mematuhi segala yang diperintahkan oleh Gubernur Jendral.

Buku ini sepatutrnya menjadi bahan bacaan untuk para generasi muda agar lebih mengenal seperti apa bangsanya juga supaya mereka lebih menghormati dan mau mencintai bangsa sendiri. Dari Minke para generasi seharusnya belajar bagaimana cara berjuang untuk memajukan bangsa ini meski itu dimulai dari hal yang sederhana, menulis.

Kelebihan :

Tentu seperti karya karyanya yang sebelumnya, Pak Pram menempatkan banyak pembelajaran yang dapat dipetik dari setiap kejadian yang dialami oleh tokoh tokohnya.

Detail kejadian yang tergambar secara rinci membuat pembacanya akan larut dan terbawa untuk ikut merasakan dan belajar bagaimana pahit manis hal hal yang terjadi dalam kehidupan para tokoh.

Selain itu, pemahaman penulis tentang dunia luar tertuang pada bagaimana penulis dapat menceritakan secara detail bagaimana perkembangan dari Negara Negara lain seperti salah satau contohnya adalah revolusi Tiongkok.

Kekurangan :

Mungkin pada beberapa kalimat yang memang susah dipahami maknanya karena terkendala diksi dan penyajian pola katanya.

 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Burung Simbah

Selepas sembahyang magrib, ibuk bapak selalu menyempatkan diri untuk mengobrol. Kadang di teras, di ruang tamu atau ketika duduk lesehan di ...