Rabu, 06 Januari 2021

Resensi Buku Jejak Langkah, Tetralogi Buru Jilid 3

 

Resensi Buku Jejak Langkah 



 

Judul : Jejak Langkah

Penulis : Pramoedya Ananta Toer

Penerbit : Lentera Dipantara

Tahun Terbit : 2012

 

Tentang Penulis :

Jejak Langkah merupakan jilid ketiga dari “Tetralogi Buru” karya Pramoedya Ananta Toer. Beliau merupakan sastrawan berkebangsaan Indonesia yang telah melahirkan banyak karya yang hebat. Kecintaan beliau pada jurnalistik membuatnya tetap memperjuangkan tulisannya meski pada saat itu banyak ditentang oleh pemerintah. Beliau selalu mempunyai cara untuk tetap mengabadikan buah pikirannya agar kelak dapat diwariskan dan dipelajari generasi muda lewat sastra. Dan perjuangannya tak sia sia, meski raganya tak lagi berpijak pada bumi, namun karya karya beliau tersimpan dalam barisan aksara abadi.

Lewat karya karya beliau yang sudah menjajaki ranah internasional, membuktikan apada kita bahwa kehebatannya sebagai seorang penulis tak perlu diragukan lagi.

 

Sinopsis :

Setelah pada jilid jilid sebelumnya penulis menceritakan tentang kehidupan pribadi dari seorang Minke, Raden Mas pribumi anak Bupati B, dan juga masa masa muda dimana Minke sedang mencari jatidiri juga rentetan perjalanan kisahnya untuk dapat mengenal bangsanya sendiri, Pada novel Jejak Langkah ini penulis bercerita tentang bagaimana sepak terjang Minke dalam membela bangsanya. Bagaimana seorang Minke sebenarnya memiliki andil besar dalam memajukan tanah air kebanggaanya.

Buku ini berkisah tentang bagaimana perjalanan Minke untuk mendirikan majalah pribumi pertama “Medan” yang ia citakan bakal jadi sarananya untuk bercerita pada dunia tentang bagaimana ketidakadilan yang menimpa bangsa pribumi, bangsanya. Bahkan majalah dan korannya dapat dijadikan senjata oleh pribumi dalam menghadapi ketidakadilan yang dialami akibat kesewenang wenangan bangsa asing. Meski itu artinya Minke akan dapatkan banyak masalah, namun kiranya itu tak menjadi alasan Minke putus semangat. Meski banyak duri yang menghalangi, Minke tetap memperjuangkan yang terbaik untuk bangsa Hindia, bangsanya.

Pada novel ini juga akan diceritakan bagaimana romansa kisah cinta Minke terhadap gadis sipit berdarah Tionghoa. Bagaimana cara tuhan mempertemukan mereka, bagaimana keayuan serta kecerdasan gadis itu dapat membuat debar jantung Minke menggila dan berani membawanya menghadap bunda meski dengan keyakinan dan adat budaya yang berbeda. Juga bagaimana akhirnya mereka memutuskan untuk hidup bersama. Tak hanya satu, Minke nyatanya bertemu dengan banyak gadis yang turut mewarnai harinya. Anak sahabatnya yang dulu selalu ia gandeng dan gendong saat mereka berangkat sekolah bersama kini menjadi gadis muda dengan sifat manjanya yang mampu membuat Minke memiliki keberanian untuk melamar pada ayahnya, juga sahabatnya Mir yang sudah bersuami. Ada juga seorang gadis cantik, anak seorang raja muslim bernama Prinses.

Pada Jejak Langkah pembaca juga akan dikenalkan pada organisasi organisasi di masa kebangkitan, Syarikat Priyayi, Budi Utomo, juga Syarikat Dagang Islam. Menyelami bagaimana keadaan pada masa itu dan turut merasakan suka duka masa dulu. Juga pahit manisnya berorganisasi, menyatukan mereka mereka yang punya kepentingan dan tujuan yang sama.

Ulasan :

Buku ini sepatutnya menjadi bacaan yang wajib dipelajari para generasi muda. Ada banyak hal yang akan mereka temukan dan dapat menjadi pembelajaran tentang bagaimana perjuangan seorang jurnalis untuk mendirikan Koran hariannya. Akan pembaca temukan betapa banyak hal dimasa lalu yang luput dari catatan buku sejarah anak anak Indonesia.

Pembaca juga akan sedikit banyak mengetahui bagaimana sebuah organisasi macam Syarikat Priyayi, Budi Utomo, dan Syarikat Dagang Islam berdiri. Berapa banyak waktu, harta dan tenaga yang mereka curahkan untuk dapat mengabdi demi memajukan negeri ini. Hal hal seperti inilah yang kemudian seharusnya dapat menimbulkan jiwa nasionalisme, semangat juang untuk membuat negeri tercinta ini semakin maju, juga menjadi pribadi yang lebih menghargai sejarah.

Keunggulan :

Tentu pembelajaran yang dapat diambil dari buku ini sangat banyak. Terutama dari segi sejarah. Karena teruarai dalam catatan berbentuk novel bergenre roman, kesan nyaman membuat buku ini terasa ringan dan tidak memberatkan pikiran pembaca.

Kelemahan :

Penggunaan kalimat dengan bahasa yang susah dimengerti terkadang membuat pembaca harus membaca ulang beberapa kali. Beberapa kalimat juga sulit dipahami maknanya.

Dua halaman rusak dan tulisannya tidak terbaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Burung Simbah

Selepas sembahyang magrib, ibuk bapak selalu menyempatkan diri untuk mengobrol. Kadang di teras, di ruang tamu atau ketika duduk lesehan di ...