Jumat, 18 Desember 2020

Resensi Buku Bumi Manusia, Tetralogi Buru Jilid 1

 

Resensi Buku Bumi Manusia

 

 

Judul : Bumi Manusia

Penulis : Pramoedya Ananta Toer

Penerbit : Lentera Dipantara

Tahun Terbit : 2005

Tentang Penulis :

Pramoedya Ananta Toer, mendengar namanya saja mengingatkan kita pada sosok inspiratif dengan quotes bijaknya “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Itu hanya salahsatu buah pikiran beliau, saat kita mau mengenalnya lebih dalam lagi, kita akan dapati betapapun besar rasa cinta beliau pada dunia sastra dan tulis menulis. Maka tak heran, beliau punya karya dengan kuantitas dan kualitas yang hebat. Salah satunya adalah bagian pertama dari karya beliau Tetralogi Buru, Bumi Manusia.

Sinopsis ;

Annelies Mallema mencintai Minke sejak pertemuan pertama mereka di kediaman Mallema “Boederij Buitenzorg”. Minke hanya seorang pemuda pribumi yang pada masa itu statusnya lebih rendah dari Ann yang darahnya merupakan campuran dari Herman Mallema (keturunan asli Eropa) dan Nyai Ontosoroh, seorang gundik. Meski begitu, Ann lebih suka menjadi pribumi seperti ibunya yang sangat ia kagumi.

Minke begitu penasaran bagaimana bisa seorang gundik yang jelas rendah statusnya macam Nyai Ontosoroh memiliki pemikiran dan berperilaku modern selayaknya orang Eropa yang ditinggikan stratanya. Juga manisnya wajah ayu Annelies, dara cantik nan kesepian yang berhasil memikat hatinya. Ditambah lagi dengan nasihat bijak dari Jean sahabatnya bahwa “Cinta itu indah, Minke, juga kebiasaan yang membuntutinya., Orang harus mampu menghadapi akibatnya”. Maka tanpa pikir panjang lagi,  pemuda itu memutuskan untuk kembali lagi menemui kekasihnya begitu Darsam (pesuruh keluarga Mallema) datang menjemput. Ia putuskan untuk tinggal bersama kekasihnya, Ann.

Segala macam tantangan dihadapi oleh Minke dan Ann demi bisa bersatu. Meski itu berarti Minke harus menerima dengan lapang dada saat teman teman sekolahnya di HBS mengolok oloknya sebagai “Simpanan Nyai”, ia tak begitu ambil pusing. Namun hal yang benar benar menguji mereka, adalah ketika gugatan hak asuh Annelies kembali dipermasalahkan di jalur hukum, milik Eropa.

Ulasan :

Fakta yang diketahui bersama adalah bahwa karya besar “Bumi Manusia” ini lahir saat beliau mendekam dibalik penjara. Bahkan naskah itu dibakar sebelum akhirnya Pramoedya memiliki cara dengan memendam kertas itu dalam tanah sampai hari kebebasannya. Mungkin salahsatu tujuan beliau menulis “Bumi Manusia” ini adalah agar kelak, anak anak muda lebih mencintai darahnya sendiri pun lebih bangga pada negaranya. Juga memberi gambaran, seperti apa sebenarnya keadaan Indonesia dulu sebelum merdeka, dan masih dalam kekuasaan bangsa Eropa.

Keunggulan :

Dilihat dari cover menurut saya sudah bagus dan sudah menggambarkan isi buku.

Dinilai dari isi, buku ini adalah sebuah mahakarya yang menyimpan banyak sekali pembelajaran didalamnya. Sedikit banyak kita akan mempelajari apa apa saja yang sebenarnya terjadi pada zaman pendudukan Belanda. Penulis banyak menyampaikan pesan lewat pribadi pribadi tokohnya juga segala peristiwa yang terjadi. Bagaimana penulis bisa merangkai cerita sebagus ini adalah hal yang saya kagumi. Dan yang lebih hebatnya lagi, tulisan ini memberi mindset baru pada saya bahwa meskipun ada kepesimisan yang membuat kita ingin menyerah dan mengaku kalah, kita harus tetap melawan, dengan sebaik baiknya, sehormat hormatnya.

Kekurangan :

Mungkin kekurangan buku ini hanya pada penulisannya yang sering didapati adanya typo. Atau juga beberapa kalimat yang memang sulit dipahami maknanya. Selebihnya, buku ini karya orang hebat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Burung Simbah

Selepas sembahyang magrib, ibuk bapak selalu menyempatkan diri untuk mengobrol. Kadang di teras, di ruang tamu atau ketika duduk lesehan di ...